Ibadah umrah bukan hanya tentang menjalankan rukun-rukun syariat, tetapi juga mencerminkan akhlak dan perilaku seorang Muslim dalam setiap aspek kehidupan, termasuk soal kebersihan. Di tengah jutaan jamaah dari berbagai negara yang berkumpul di Tanah Suci, menjaga kebersihan diri dan lingkungan menjadi bagian penting dari adab beribadah dan bukti cinta terhadap sunnah Rasulullah ﷺ. Artikel ini akan mengulas secara rinci bagaimana menjaga kebersihan selama umrah—mulai dari tubuh hingga lingkungan sekitar—agar ibadah kita lebih sempurna secara lahir dan batin.
1. Sunnah Menjaga Kebersihan Badan
Islam sangat menekankan pentingnya kebersihan sebagai bagian dari iman. Rasulullah ﷺ bersabda, “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim). Saat umrah, menjaga kebersihan tubuh menjadi bagian dari kesunnahan yang harus terus dirawat, meski dalam keadaan ihram sekalipun.
Sebelum mengenakan pakaian ihram, jamaah dianjurkan untuk mandi besar (mandi ihram), memotong kuku, mencukur bulu-bulu tertentu, dan memakai wangi-wangian bagi pria (sebelum niat ihram). Hal ini menunjukkan bahwa ibadah dimulai dengan penyucian fisik sebagai simbol kesiapan spiritual.
Setelah masuk ke dalam keadaan ihram, meskipun wangi-wangian dilarang, kebersihan tubuh tetap harus dijaga. Jamaah dianjurkan rutin membersihkan keringat, mencuci tangan sebelum makan, dan menyikat gigi atau menggunakan siwak. Terlebih dalam cuaca panas, tubuh mudah berkeringat dan rentan bau tidak sedap.
Menjaga tubuh tetap bersih juga menghindarkan dari penyakit dan membuat sesama jamaah merasa nyaman. Di antara jutaan manusia, kita tidak boleh menjadi sebab ketidaknyamanan orang lain karena bau badan atau pakaian yang kotor. Inilah adab yang melekat pada sunnah.
2. Membuang Sampah pada Tempatnya
Salah satu bentuk tanggung jawab sosial saat berada di Tanah Suci adalah menjaga kebersihan lingkungan bersama. Membuang sampah sembarangan, sekecil apapun itu, adalah perbuatan yang mencoreng citra Muslim dan mencederai kesucian tempat ibadah.
Masjidil Haram dan sekitarnya telah disediakan banyak tempat sampah dengan petunjuk yang jelas. Sayangnya, masih ditemukan perilaku tidak disiplin dari sebagian jamaah yang meninggalkan botol air, tisu, atau sisa makanan begitu saja. Padahal, Islam sangat menekankan keteraturan dan kebersihan.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka membuang sampah pada tempatnya bukan hanya etika, tetapi juga ibadah dan bentuk keimanan.
Kita perlu menjadikan diri kita sebagai bagian dari solusi, bukan masalah. Membiasakan diri membuang sampah dengan benar akan menjadi contoh yang menular kepada jamaah lain. Di sinilah nilai dakwah diam (tanpa kata-kata) bekerja melalui keteladanan.
3. Menghindari Mengganggu Kenyamanan Jamaah
Kenyamanan dalam beribadah tidak hanya soal fasilitas, tapi juga perilaku setiap individu. Salah satu bentuk kebersihan hati adalah tidak mengganggu orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Ini menjadi sangat penting ketika kita berada dalam kondisi padat dan ramai di Masjidil Haram.
Menggelar sajadah terlalu lebar, menyenggol jamaah lain saat thawaf, berbicara keras saat orang lain sedang berzikir, atau menyetel video dengan suara keras adalah bentuk gangguan yang tidak sepatutnya terjadi. Kebersihan lingkungan tidak hanya dari sampah, tetapi juga dari gangguan sosial.
Sebagai jamaah, kita harus belajar untuk bersikap toleran dan peka terhadap sekitar. Sederhanakan gerakan saat berjalan, hindari membawa barang besar ke dalam masjid, dan jangan menempati tempat lebih dari yang dibutuhkan. Sopan santun ini adalah wujud cinta terhadap sesama Muslim.
Kenyamanan jamaah lain juga bagian dari hak yang harus dijaga. Ingat, tujuan kita semua sama: beribadah kepada Allah. Maka jangan sampai kita kehilangan pahala karena tanpa sadar menyakiti hati orang lain.
4. Etika Menggunakan Kamar Mandi Umum
Kamar mandi umum di hotel atau area sekitar Masjidil Haram sering kali penuh antrean. Dalam kondisi ini, menjaga kebersihan dan etika penggunaan toilet adalah wujud tanggung jawab kolektif sebagai tamu Allah. Sayangnya, sebagian jamaah masih belum memahami pentingnya hal ini.
Jamaah hendaknya menggunakan air secukupnya, membersihkan bekas penggunaan toilet, dan tidak meninggalkan air kotor di lantai. Selain itu, membuang tisu atau pembalut ke tempat sampah yang tersedia sangat penting untuk menghindari saluran mampet.
Setelah selesai, jangan lupa mencuci tangan dengan sabun, serta keluar dengan rapi dan tidak terburu-buru. Ingat bahwa orang lain akan menggunakan fasilitas yang sama, dan kita wajib memperlakukannya dengan rasa hormat.
Etika kecil ini justru mencerminkan kepribadian besar. Rasulullah ﷺ selalu menunjukkan keteladanan, bahkan dalam hal-hal yang tampak sepele. Maka menjaga kamar mandi umum tetap bersih adalah amal jariyah—meninggalkan manfaat bagi pengguna berikutnya.
5. Menjadi Contoh Jamaah yang Tertib
Dalam kerumunan besar, satu orang yang tertib bisa menulari banyak orang lainnya. Jadilah jamaah yang tidak hanya fokus pada ibadah pribadi, tapi juga memperhatikan dampak sosial dari sikap dan tindakan. Ketertiban dan kebersihan bukan hanya tugas petugas kebersihan, melainkan tanggung jawab setiap Muslim.
Jamaah Indonesia dikenal dengan jumlahnya yang besar. Akan sangat indah bila dikenal juga karena kedisiplinannya. Mulai dari antre dengan tertib, mematuhi jalur masuk dan keluar masjid, hingga menjaga tempat wudhu tetap bersih, semua itu mencerminkan kematangan spiritual.
Jika Anda melihat sampah kecil di lantai, jangan menunggu petugas, tapi ambil dan buang. Jika ada yang butuh bantuan mencari tempat wudhu, arahkan dengan sopan. Perilaku sederhana ini bisa menjadi amal besar jika diniatkan lillahi ta’ala.
Jadilah panutan. Sebagaimana Nabi ﷺ yang menjadi suri teladan, kita pun bisa mengambil peran meski kecil. Mewakili umat Islam dari negara kita di hadapan dunia adalah kehormatan. Dan kebersihan adalah dakwah visual yang paling mudah diterima semua orang.
Penutup
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan saat umrah adalah bagian tak terpisahkan dari kesempurnaan ibadah. Ini bukan hanya tentang kebersihan fisik, tapi juga adab, empati, dan tanggung jawab sosial. Mari jadikan kebersihan sebagai bentuk ketaatan dan rasa syukur atas nikmat bisa beribadah di Tanah Suci. Karena pada akhirnya, kesucian lahir akan menuntun kepada kebeningan batin, dan itulah tujuan sejati dari setiap ibadah.