Dalam pelaksanaan ibadah umrah, kebutuhan edukasi antara jamaah laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan sepenuhnya. Jamaah perempuan menghadapi tantangan dan persoalan spesifik: mulai dari perbedaan tata cara ihram, etika beribadah di ruang publik, hingga hal-hal fikih terkait haid dan keamanan diri. Sayangnya, manasik umrah sering kali masih dominan berorientasi pada jamaah umum tanpa membahas secara khusus isu-isu perempuan. Padahal, dengan pemahaman yang benar dan kesiapan khusus, perempuan bisa menjalani umrah dengan lebih khusyuk, nyaman, dan sah secara syar’i.
1. Perbedaan Ihram Pria dan Wanita: Dari Pakaian hingga Doa
Hal pertama yang wajib dipahami dalam manasik khusus perempuan adalah perbedaan ihram antara pria dan wanita. Jamaah perempuan tidak menggunakan dua lembar kain putih seperti pria, melainkan cukup mengenakan pakaian tertutup dan sopan yang biasa digunakan sehari-hari—dengan syarat tidak ketat, tidak transparan, dan menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Beberapa hal penting lainnya:
- Wanita tidak boleh menutup wajah dengan niqab dan tidak memakai sarung tangan saat dalam keadaan ihram.
- Disarankan membawa cadar model instan yang mudah dilepas pasang saat keluar-masuk ihram.
- Bacaan niat ihram sama seperti laki-laki, hanya saja tidak disunnahkan membaca talbiyah dengan suara keras.
Dengan memahami ini, jamaah perempuan tidak akan bingung atau keliru dalam menyiapkan perlengkapan ibadah dan memahami batasan-batasan syar’i.
2. Etika Beribadah di Tempat Padat dan Campur Gender
Masjidil Haram dan area sekitarnya adalah tempat ibadah yang padat, sering kali tanpa pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan. Karena itu, jamaah perempuan perlu tahu:
- Cara menjaga aurat dan adab di tengah keramaian
- Menghindari posisi terlalu dekat dengan pria, terutama saat thawaf dan sa’i
- Menyusun strategi beribadah bersama mahram atau dalam kelompok sesama perempuan
Etika penting lainnya termasuk:
- Tidak selfie atau foto berlebihan
- Tidak ngobrol keras saat menunggu waktu shalat
- Saling membantu sesama perempuan, misalnya saat di toilet atau tempat wudhu
Pemahaman ini penting disampaikan dalam manasik secara eksplisit agar jamaah perempuan tidak kaget atau merasa tidak nyaman saat menjalani ibadah.
3. Fikih Khusus: Haid, Nifas, dan Pengaturan Jadwal
Topik ini sangat krusial. Banyak jamaah perempuan yang khawatir haid datang saat di Tanah Suci, sehingga perlu diberi penjelasan sejak manasik tentang:
- Bolehkah menggunakan penunda haid? Apa efek samping dan syarat penggunaannya?
- Apa yang boleh dilakukan perempuan yang haid saat umrah?
- Apakah umrah bisa sah jika thawaf dilakukan sebelum haid selesai?
Pembimbing manasik perlu:
- Menyediakan sesi khusus fikih wanita
- Mengundang tenaga medis perempuan jika memungkinkan
- Memberikan alternatif jadwal ibadah jika terjadi kondisi darurat
Dengan pengetahuan ini, jamaah bisa tetap tenang dan yakin bahwa ibadahnya tidak terganggu karena kondisi biologis yang memang merupakan fitrah perempuan.
4. Tips Berkelompok dan Menjaga Keamanan Diri
Dalam keramaian luar biasa di Masjidil Haram, menjaga diri adalah bagian dari ibadah. Tips yang perlu diberikan dalam manasik antara lain:
- Selalu berjalan bersama kelompok
- Simpan identitas dan gelang nama di tempat yang mudah diakses
- Hindari area padat saat sendirian
- Siapkan kontak darurat dan hafal arah ke hotel
- Gunakan tas kecil anti-maling dan jangan membawa perhiasan mencolok
Manasik seharusnya menjadi tempat pelatihan antisipasi risiko dan penguatan kewaspadaan, bukan hanya materi fiqih belaka. Perempuan yang merasa aman akan lebih mudah fokus dan tenang dalam beribadah.
5. Manasik Sebagai Forum Tanya Jawab untuk Isu Khusus Perempuan
Manasik idealnya bukan hanya sesi satu arah. Jamaah perempuan perlu diberi ruang untuk:
- Bertanya tentang hal pribadi yang tak bisa disampaikan dalam forum umum
- Konsultasi langsung dengan pembimbing perempuan
- Berdiskusi soal kondisi medis atau pengalaman ibadah sebelumnya
Sesi ini bisa dilakukan secara terpisah atau dibuat forum kecil setelah materi umum. Dengan begitu, jamaah merasa didengar, dihargai, dan dipahami sebagai perempuan yang memiliki kondisi dan kebutuhan khusus.
6. Studi Kasus: Jamaah Perempuan Lebih Siap Setelah Simulasi
Salah satu travel menyelenggarakan manasik simulasi khusus perempuan, lengkap dengan:
- Simulasi thawaf bersama mahram
- Sesi pengenalan perlengkapan ihram
- Tanya jawab privat dengan ustadzah
- Tips pengaturan jadwal saat haid
Hasilnya, jamaah merasa jauh lebih siap, mandiri, dan tidak lagi panik menghadapi situasi di Tanah Suci. Mereka juga lebih paham batasan aurat, adab antre, dan mampu berkoordinasi dalam kelompok dengan baik.
Ini membuktikan bahwa materi manasik untuk perempuan bukan tambahan, tapi kebutuhan utama yang harus dipenuhi travel manapun yang ingin melayani jamaah dengan profesional.