Di era digital, media sosial menjadi ruang ekspresi sekaligus dakwah. Vlog umrah — dokumentasi ibadah melalui video pribadi — kini menjadi tren di kalangan jamaah, khususnya generasi muda. Namun, tren ini menimbulkan pertanyaan penting: di mana batas antara syiar dan sensasi? Apakah membagikan momen suci justru mengurangi kekhusyukan? Artikel ini membahas sisi fiqih ringan, adab, dan potensi dakwah dari vlog umrah, agar konten yang dibagikan tidak hanya estetik tapi juga bermakna.
1. Meningkatnya Tren Dokumentasi Umrah di Media Sosial
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak jamaah — dari publik figur hingga jamaah biasa — yang mendokumentasikan perjalanan umrahnya dalam bentuk vlog. Video harian berisi persiapan, keberangkatan, ibadah, hingga refleksi spiritual dibagikan di YouTube, TikTok, Instagram, dan platform lainnya.
Alasannya beragam:
- Sebagai kenangan pribadi
- Sarana edukasi bagi yang belum pernah umrah
- Konten inspiratif dan motivasi spiritual
- Sekaligus sebagai bagian dari branding diri atau bisnis
Fenomena ini menunjukkan bahwa umrah bukan lagi pengalaman spiritual semata, tapi juga bagian dari narasi digital yang bisa diakses jutaan orang. Sayangnya, tidak semua konten ditampilkan dengan adab yang tepat. Beberapa justru menampilkan unsur pamer, dramatisasi, hingga memanfaatkan suasana suci untuk kepentingan viewer.
2. Apakah Vlog Ibadah Melanggar Kesucian Tempat?
Salah satu kekhawatiran utama adalah apakah merekam dan membagikan kegiatan ibadah, seperti thawaf atau doa di Multazam, melanggar adab dan kesucian Tanah Haram?
Secara hukum fiqih, tidak ada larangan mutlak untuk mendokumentasikan ibadah selama:
- Tidak mengganggu ibadah orang lain
- Tidak menyalahi peraturan Masjidil Haram/Masjid Nabawi
- Tidak ada unsur riya (pamer ibadah)
- Kamera digunakan dengan sopan, tidak berlebihan, dan tidak menunjukkan aurat
Namun dari sisi etika dan adab, ulama menekankan pentingnya menjaga kekhusyukan. Tanah Suci adalah tempat untuk tunduk, bukan tampil. Maka, niat dan cara merekam harus dikendalikan. Lebih baik merekam bagian umum seperti perjalanan, edukasi, atau refleksi setelah ibadah, bukan saat sedang sujud atau menangis di hadapan Ka’bah.
3. Niat, Konten, dan Cara Menyampaikan yang Sesuai Adab
Bagi yang ingin membuat vlog umrah, niat adalah kunci utama. Jika diniatkan sebagai syiar dan edukasi, maka harus menjaga isi kontennya agar tetap mencerahkan, tidak menjurus ke eksibisionisme rohani.
Tips menjaga adab dalam membuat konten:
- Hindari konten yang menonjolkan gaya hidup mewah, “umrah plus shopping”, atau tempat penginapan mewah sebagai fokus
- Jangan menampilkan wajah jamaah lain tanpa izin
- Berbicaralah dengan tenang, rendah hati, dan tidak berlebihan
- Sisipkan penjelasan edukatif: arti thawaf, sejarah Sa’i, doa-doa, dan pengalaman spiritual
Konten vlog umrah seharusnya membuat orang lain termotivasi mendekat kepada Allah, bukan sekadar terkesima pada visual atau kehidupan pribadi pembuat konten.
4. Potensi Dakwah dan Pengaruh terhadap Generasi Muda
Di sisi lain, vlog umrah memiliki daya dakwah luar biasa, khususnya bagi generasi muda yang lebih menyukai konten visual dibanding buku atau ceramah panjang.
Banyak anak muda yang terinspirasi dan bercita-cita ke Tanah Suci karena menonton vlog umrah idolanya. Bahkan, beberapa di antaranya mulai menabung atau belajar manasik dari video YouTube. Ini adalah bukti bahwa konten yang tulus dan berkualitas bisa menjadi jalan hidayah.
Pelaku konten umrah bisa menjadi agen dakwah modern — bukan lewat mimbar, tapi lewat kamera. Asalkan disertai tanggung jawab, kerendahan hati, dan pemahaman syariat, konten seperti ini bisa menjadi amal jariyah yang tak terputus.
5. Etika Berbagi Momen Suci ke Ranah Publik
Apa pun yang kita tampilkan di ruang publik adalah cerminan niat dan hati. Tidak semua momen harus dibagikan. Beberapa pengalaman spiritual lebih bermakna jika disimpan sebagai rahasia cinta dengan Allah.
Etika yang perlu dijaga:
- Tidak perlu membagikan semua tangisan, sujud, atau doa
- Pilih momen yang informatif, bukan yang terlalu pribadi
- Hindari bahasa seperti “umrah ke sekian kali” yang dapat menyakiti yang belum mampu
- Boleh menyebut nikmat Allah, tapi sertakan ungkapan syukur dan ajakan inspiratif
Akhirnya, membagikan umrah lewat vlog adalah pilihan. Tapi jika dipilih, jadikan itu media syiar, bukan sekadar tontonan.