Madinah al-Munawwarah adalah kota yang penuh ketenangan dan keberkahan. Sebagai tempat hijrah Rasulullah ﷺ dan pusat perkembangan Islam awal, Madinah menyimpan banyak tempat suci yang menjadi tujuan ziarah para jamaah umrah. Namun, penting untuk diingat bahwa ziarah bukan wisata biasa. Tujuannya bukan sekadar melihat tempat bersejarah, tetapi untuk memperdalam rasa cinta kepada Nabi ﷺ dan memperkuat ruhani. Agar ziarah benar-benar bermanfaat dan tidak mengganggu fokus ibadah utama, jadwal kunjungan perlu diatur dengan bijak. Artikel ini membahas panduan praktis agar ziarah di Madinah menjadi pengalaman spiritual yang berkualitas.
1. Prioritaskan Shalat di Masjid Nabawi
Masjid Nabawi adalah salah satu masjid yang sangat dianjurkan untuk dikunjungi, bahkan disebut oleh Rasulullah ﷺ sebagai masjid yang pahalanya luar biasa:
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari seribu shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Karena itu, sebelum menyusun jadwal ziarah ke tempat-tempat lain, pastikan waktu shalat wajib di Masjid Nabawi menjadi prioritas utama. Shalat berjamaah di sini adalah kesempatan langka yang sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin, terutama bagi jamaah yang hanya beberapa hari berada di Madinah.
Usahakan datang lebih awal sebelum adzan agar bisa mendapatkan tempat di bagian dalam masjid, yang lebih nyaman dan khusyuk. Bila perlu, susun jadwal ziarah di sela waktu antara shalat, atau di pagi hari setelah subuh.
Jadikan Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan harian selama di Madinah. Jadikan niat utama adalah memperbanyak ibadah di dalamnya, bukan sekadar “berjalan-jalan” dari satu lokasi ke lokasi lain.
2. Mengunjungi Raudhah dengan Sabar
Raudhah, atau taman surga, adalah salah satu tempat paling istimewa di Masjid Nabawi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Karena keutamaan ini, Raudhah selalu dipenuhi jamaah dari seluruh dunia. Untuk memasuki area Raudhah, kini diperlukan reservasi melalui aplikasi resmi seperti Nusuk. Oleh sebab itu, sangat penting mengatur waktu dengan sabar dan tidak terburu-buru. Jangan sampai karena ingin mengejar Raudhah, Anda meninggalkan shalat berjamaah atau merasa kesal karena antrean panjang.
Masuki Raudhah dengan adab: jaga suara, jangan menyikut orang lain, dan jangan berlama-lama melebihi waktu yang ditentukan. Gunakan kesempatan berdoa sebaik-baiknya. Mintalah ampunan, kemudahan rezeki, dan keberkahan hidup. Jika tak bisa masuk karena keterbatasan waktu atau antrean, jangan kecewa berlebihan—karena niat dan usaha juga bernilai ibadah di sisi Allah.
Ingat, Raudhah bukan sekadar tempat fisik, tapi ruang spiritual yang perlu disikapi dengan hati yang tenang dan penuh cinta kepada Rasulullah ﷺ.
3. Mengatur Kunjungan ke Makam Baqi’
Makam Baqi’ adalah tempat peristirahatan terakhir bagi banyak sahabat Nabi ﷺ dan keluarga beliau. Ziarah ke Baqi’ bukan untuk sekadar melihat-lihat makam, melainkan untuk merenungi kematian, mendoakan para ahli kubur, dan mengambil pelajaran tentang kefanaan dunia.
Biasanya, makam Baqi’ dibuka untuk umum setelah shalat Subuh. Karena itu, waktu terbaik untuk ziarah ke sini adalah pagi hari sebelum matahari terlalu tinggi. Jamaah laki-laki diperbolehkan masuk ke dalam area makam, sedangkan jamaah perempuan bisa mendoakan dari luar pagar.
Adab yang perlu dijaga selama di Baqi’ adalah tidak mengambil foto, tidak berbicara keras, dan menghindari komentar yang berlebihan. Cukup berdiri, menundukkan kepala, dan membaca doa untuk ahli kubur:
“Assalaamu ‘alaikum ahlad-diyaa-ri minal-mu’miniina wal-muslimiin, wa innaa in shaa Allahu bikum laahiqoon.”
Dengan menjadikan Baqi’ sebagai bagian dari ziarah ruhani, hati akan lebih tunduk dan sadar bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan.
4. Meluangkan Waktu untuk Dzikir dan Doa
Salah satu hal yang sering terlupakan dalam jadwal ziarah adalah waktu untuk menyendiri, bermunajat, dan berdzikir secara pribadi. Padahal, Madinah adalah kota yang cocok untuk merenung dan memperbaiki hati. Jangan isi seluruh waktu dengan jadwal padat. Sisakan waktu di sela-sela ibadah untuk duduk di masjid, membaca Al-Qur’an, beristighfar, atau sekadar diam dalam dzikir.
Dzikir dan doa yang dilakukan dengan tenang jauh lebih dalam maknanya dibandingkan ziarah yang terburu-buru dan penuh foto. Anda bisa memilih sudut masjid yang tenang, duduk di halaman masjid Nabawi saat malam hari, atau berdzikir usai shalat tanpa segera beranjak.
Momen ini adalah saat Anda “berbicara” langsung dengan Allah dalam suasana suci yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Jangan habiskan waktu hanya untuk mengejar spot-spot populer, tapi lupakan hubungan pribadi Anda dengan Allah.
Ibadah batin seperti ini justru menjadi inti dari seluruh perjalanan umrah.
5. Menghindari Wisata yang Melalaikan Ibadah
Meskipun ada banyak destinasi menarik di sekitar Madinah seperti Jabal Uhud, Masjid Quba, atau Pasar Kurma, penting untuk memilah kegiatan yang tetap mendukung nilai ibadah. Hindari jadwal wisata yang membuat Anda melewatkan waktu shalat, kelelahan ekstrem, atau terlalu fokus pada oleh-oleh hingga melalaikan dzikir dan tilawah.
Ingat, niat utama Anda ke Madinah adalah ibadah, bukan rekreasi. Pilih kegiatan wisata yang bersifat syar’i dan bermanfaat. Misalnya, kunjungan ke Masjid Quba (yang dianjurkan oleh Rasulullah), ziarah ke Jabal Uhud untuk mengingat perjuangan para syuhada, atau belanja seperlunya dengan niat memberi hadiah yang halal dan berkah.
Jika ada waktu senggang, lebih baik menggunakannya untuk membaca sirah Nabi ﷺ, memperbanyak doa untuk diri dan keluarga, atau menuliskan catatan spiritual pribadi. Jangan sampai pulang dari Madinah hanya membawa foto-foto dan kurma, tapi tidak ada peningkatan ruhani yang bermakna.
Disiplin memilih kegiatan akan menjaga kualitas ziarah Anda tetap dalam jalur ibadah yang benar.
Penutup: Menjadikan Ziarah Madinah sebagai Penguat Iman
Ziarah di Madinah sebaiknya dilakukan dengan niat yang lurus dan jadwal yang teratur. Jangan habiskan waktu hanya untuk melihat tempat, tapi gunakan kesempatan ini untuk menguatkan hubungan dengan Allah dan Rasul-Nya. Dengan mengutamakan shalat di Masjid Nabawi, bersabar saat mengunjungi Raudhah, merenung di makam Baqi’, dan menghindari kegiatan duniawi yang melalaikan, insyaAllah ziarah Anda akan menjadi pengalaman ruhani yang tak terlupakan. Madinah bukan hanya kota yang dikunjungi, tapi hati yang dibersihkan.