Umrah adalah perjalanan ibadah yang tidak hanya menuntut kesempurnaan ritual, tetapi juga menekankan adab dalam setiap aspek kehidupan, termasuk saat tinggal di hotel. Hotel tempat jamaah menginap selama di Tanah Suci bukan hanya tempat istirahat, tetapi juga ruang ujian kesabaran, toleransi, dan etika. Menjaga sopan santun di lingkungan hotel adalah bagian dari ibadah yang mencerminkan kepribadian muslim sejati. Dengan sikap santun dan bijak, suasana nyaman dan kondusif bisa tercipta di antara jamaah.
1. Menghargai Petugas Kebersihan dan Resepsionis
Salah satu bentuk sopan santun adalah memperlakukan petugas hotel dengan hormat. Petugas kebersihan, resepsionis, dan teknisi sering kali bekerja tanpa henti untuk memastikan kenyamanan jamaah. Meskipun mereka bukan bagian dari rombongan ibadah, sikap kita terhadap mereka tetap mencerminkan keislaman kita.
Berterima kasih saat mereka membersihkan kamar, memberi salam, atau hanya menyapa dengan senyum ramah adalah bentuk akhlak mulia. Hindari memperlakukan mereka seperti bawahan, apalagi marah karena pelayanan yang kurang cepat. Ingatlah bahwa mereka melayani banyak tamu dalam waktu bersamaan.
Menghormati petugas juga berarti mempermudah pekerjaan mereka, seperti tidak mengotori kamar berlebihan atau menumpuk sampah sembarangan. Dengan begitu, kita tidak hanya menunjukkan kesantunan, tapi juga membantu kelancaran pelayanan bagi jamaah lain.
2. Menghindari Suara Keras di Koridor
Hotel-hotel jamaah umrah sering kali padat dan ramai. Namun, ini bukan alasan untuk bercakap atau tertawa keras-keras di koridor, apalagi larut malam. Ada jamaah lain yang sedang istirahat, shalat malam, atau dalam kondisi lelah usai thawaf.
Berbicara dengan nada rendah dan menutup pintu dengan perlahan adalah bentuk kepekaan. Jangan sampai niat kita bersilaturahmi justru mengganggu kenyamanan orang lain. Perhatikan waktu dan tempat untuk berbincang panjang, dan sebaiknya dilakukan di kamar, bukan di lorong umum.
Kesadaran ini harus dibangun sejak awal kedatangan. Jika satu orang saja tidak menjaga etika suara, maka bisa memicu suasana tidak nyaman bagi seluruh lantai hotel.
3. Mengatur Jadwal Mandi Bergantian dalam Sekamar
Saat sekamar dengan beberapa jamaah, baik kerabat maupun orang asing, pengaturan waktu mandi menjadi hal penting. Gunakan air secukupnya dan tidak berlama-lama di kamar mandi, terlebih di waktu-waktu sibuk seperti sebelum berangkat ke Masjidil Haram.
Buat kesepakatan ringan tentang jadwal mandi, khususnya bila ada lansia atau jamaah dengan kebutuhan khusus. Mengalah dan memberi kesempatan adalah bentuk kebaikan yang Allah pasti catat. Jangan menunda atau mendominasi fasilitas bersama demi kenyamanan pribadi.
Selain itu, menjaga kebersihan kamar mandi setelah digunakan juga penting. Jangan meninggalkan genangan air, tisu berserakan, atau peralatan mandi berantakan.
4. Menjaga Kebersihan Kamar secara Mandiri
Petugas kebersihan memang ada, tapi bukan berarti semua urusan harus dibebankan kepada mereka. Jamaah umrah sebaiknya tetap bertanggung jawab menjaga kerapihan dan kebersihan kamar selama menginap.
Mulailah dari hal kecil seperti membereskan tempat tidur sendiri, membuang sampah pada tempatnya, serta menyusun perlengkapan pribadi dengan rapi. Kebersihan kamar akan menciptakan suasana hati yang tenang, mendukung kualitas istirahat, dan menjauhkan kita dari sifat malas.
Kebersihan adalah bagian dari iman, dan menjaga kamar tetap bersih juga merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat tempat tinggal yang aman dan nyaman selama menjalankan ibadah.
5. Mengingat Tujuan Utama untuk Ibadah
Kesibukan di hotel tak jarang membuat jamaah lupa bahwa mereka sedang menjalankan ibadah besar. Rebutan fasilitas, marah karena lift lama, atau tersinggung karena teman sekamar mendengkur adalah godaan-godaan kecil yang bisa merusak suasana hati.
Ketika menghadapi situasi tidak menyenangkan, ingatlah bahwa ini bagian dari ujian ibadah. Bersikap tenang, ikhlas, dan fokus pada tujuan spiritual akan membuat kita lebih sabar dan bijak.
Jadikan masa tinggal di hotel sebagai sarana latihan kesabaran dan toleransi. Ibadah bukan hanya saat thawaf dan sa’i, tapi juga saat berbagi ruang dengan orang lain dan tetap menjaga akhlak di luar ritual utama.