Menjaga Akhlak dan Lisan dalam Keramaian
Tawaf dilakukan di tengah kerumunan besar, di mana ribuan orang melakukan gerakan yang sama dalam waktu bersamaan. Dalam kondisi seperti ini, menjaga akhlak dan lisan menjadi tantangan sekaligus ujian kesabaran yang nyata. Salah satu bentuk adab adalah tidak mengeluh atau berkata kasar meskipun terdesak atau tertabrak. Ingatlah bahwa setiap orang datang dengan semangat ibadah dan cinta kepada Allah. Menjaga suasana damai adalah bagian dari ibadah itu sendiri.
Jika terdorong atau terinjak, hendaknya memaafkan dan tidak membalas. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersikap sabar dan lemah lembut dalam segala keadaan, terutama di tempat suci. Gunakan momen tawaf untuk mengisi hati dengan dzikir dan doa, bukan dengan keluhan atau komentar negatif. Lidah yang terjaga akan membuat hati menjadi lebih tenang dan menjadikan tawaf sebagai pengalaman ruhani yang mendalam.
Kesalahan Umum Saat Tawaf dan Cara Menghindarinya
Beberapa kesalahan sering terjadi saat tawaf, terutama di kalangan jamaah pertama kali. Misalnya, tidak memulai dari Hajar Aswad, tidak mengelilingi Ka’bah secara sempurna, atau keluar dari lintasan tawaf karena tidak tahu batas-batasnya. Kesalahan lain adalah terlalu sibuk mengambil foto atau video saat tawaf. Hal ini dapat mengganggu kekhusyukan diri dan jamaah lain, serta mengurangi nilai spiritual tawaf. Lebih baik fokus pada dzikir dan doa, dan menyimpan momen secara batin.
Sebagian orang juga terlalu keras membaca doa, hingga mengganggu jamaah sekitar. Berdoalah dengan pelan, karena Allah Maha Mendengar. Tidak perlu terburu-buru menyelesaikan tawaf; lebih penting untuk menjaga niat dan adab sepanjang putaran. Untuk menghindari kesalahan, jamaah sebaiknya memahami terlebih dahulu tata cara tawaf sebelum berangkat. Mengikuti manasik haji atau umrah secara serius akan sangat membantu dalam meminimalisir kekeliruan.
Keutamaan Tawaf dalam Pandangan Ulama
Para ulama sepakat bahwa tawaf adalah ibadah agung yang memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang thawaf di Baitullah sebanyak tujuh kali dan shalat dua rakaat, maka ia seperti membebaskan seorang budak.” (HR. Ibnu Majah)
Setiap langkah dalam tawaf dicatat sebagai pahala, dosa diampuni, dan derajat diangkat. Dalam kitab-kitab tafsir dan fiqih, tawaf digambarkan sebagai simbol kedekatan hamba kepada Allah yang tidak bisa digantikan oleh ibadah lain. Imam Nawawi menjelaskan bahwa tawaf merupakan salah satu ibadah paling utama yang hanya bisa dilakukan di Masjidil Haram. Karena itu, memanfaatkannya dengan baik adalah bentuk penghargaan terhadap kesempatan berharga yang tidak dimiliki semua orang.
Bahkan disebutkan bahwa di langit ada Baitul Ma’mur yang dikelilingi oleh malaikat sebagaimana manusia bertawaf di Bumi. Ini menjadi bukti bahwa tawaf adalah ibadah langit dan bumi yang menyatukan manusia dengan makhluk langit dalam penghambaan kepada Allah.
Doa-doa Pilihan Selama Tawaf
Selama tawaf, tidak ada doa khusus yang diwajibkan, namun banyak doa-doa pilihan yang dianjurkan. Doa-doa tersebut bisa berasal dari Al-Qur’an, hadis, maupun doa pribadi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan masing-masing.
Salah satu doa yang sangat dianjurkan antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad adalah
“Rabbanaa aatina fid-dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar.” Doa ini mencakup kebaikan dunia dan akhirat, serta perlindungan dari neraka.
Selain itu, jamaah dapat memohon ampunan, memohon kesehatan, perlindungan keluarga, rezeki yang halal, dan istiqamah dalam ibadah. Doa-doa tersebut sebaiknya diucapkan dengan penuh kesadaran dan harapan.
Membaca dzikir seperti tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil juga sangat dianjurkan untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah selama tawaf. Tidak perlu menghafal doa-doa panjang; yang terpenting adalah ketulusan dan fokus hati saat memanjatkannya.