Hajar Aswad dan Multazam adalah dua tempat paling sakral di Masjidil Haram. Ribuan jamaah dari berbagai penjuru dunia berlomba-lomba untuk menyentuhnya, berdoa, dan menangis di hadapannya. Namun, banyak yang lupa bahwa ibadah tidak hanya soal tindakan lahiriah, tetapi juga adab dan akhlak dalam menjalaninya.

 

Artikel ini akan membahas secara mendalam tata cara dan adab menyentuh Hajar Aswad serta berdoa di Multazam, agar ibadah kita selaras dengan tuntunan Rasulullah ﷺ dan tidak menzalimi sesama.

 

Kedudukan Hajar Aswad dalam Islam

Hajar Aswad adalah batu yang sangat dimuliakan dalam Islam. Menurut hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan putih lalu menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Batu ini menjadi titik awal dan akhir thawaf serta merupakan tempat yang diutamakan untuk disentuh, dicium, atau diisyaratkan.

 

Namun penting dipahami, mencium atau menyentuh Hajar Aswad bukanlah kewajiban dalam ibadah haji dan umrah. Ia adalah sunnah yang jika dilakukan membawa pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak membatalkan thawaf. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat fleksibel dan memprioritaskan keselamatan serta kenyamanan jamaah secara kolektif.

 

Tata Cara Menyentuh atau Mengisyaratkan dari Jauh

Rasulullah ﷺ memberikan contoh bagaimana menyikapi Hajar Aswad saat kondisi ramai. Dalam hadits riwayat Bukhari, beliau terkadang hanya mengisyaratkan dengan tangan dari jauh sambil bertakbir. Ini menjadi petunjuk bahwa tidak perlu memaksakan diri untuk menyentuh atau mencium jika suasana tidak memungkinkan.

 

Bagi jamaah, cukup berdiri sejajar dengan Hajar Aswad di awal putaran thawaf, lalu mengangkat tangan ke arahnya, mengucapkan “Allahu Akbar,” dan melanjutkan thawaf. Menjaga kekhusyukan dan ketenangan saat ibadah jauh lebih utama daripada mengejar sunnah dengan cara yang menyakiti orang lain.

 

Larangan Menyakiti Orang Lain demi Mendekat

Salah satu pelanggaran besar yang sering terjadi adalah dorong-mendorong, berdesakan, bahkan sampai melukai jamaah lain demi menyentuh Hajar Aswad. Padahal, Islam sangat menekankan bahwa menjaga keselamatan orang lain lebih utama daripada melaksanakan sunnah yang tidak wajib.

 

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyakitinya.” Karena itu, memaksakan diri untuk menyentuh Hajar Aswad, apalagi dengan cara kasar, justru merusak nilai ibadah yang kita jalani.

 

Waktu-Waktu yang Lebih Longgar untuk Mencium

Bagi jamaah yang sangat ingin mencium Hajar Aswad secara langsung, pilihlah waktu-waktu yang cenderung sepi, seperti setelah salat Isya, sebelum Subuh, atau saat musim umrah di luar bulan Ramadhan dan Zulhijjah. Petugas Masjidil Haram umumnya juga lebih longgar dalam mengatur antrian saat kondisi tidak padat.

 

Namun, tetap ingat bahwa ketenangan, sabar, dan adab tetap menjadi pedoman. Jika belum bisa sekarang, jangan berkecil hati. Insya Allah, Allah melihat niat dan usaha kita, dan mencatatnya sebagai pahala.

 

Adab Berdoa di Multazam

Multazam adalah area di antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad yang dikenal sebagai tempat mustajab doa. Di tempat ini, jamaah diperbolehkan untuk berdoa dengan penuh harap dan tangisan. Tidak ada doa khusus, tetapi dianjurkan untuk memperbanyak permohonan pribadi dengan penuh khusyuk.

 

Saat berdoa di Multazam, jagalah suara agar tidak mengganggu orang lain, hindari berdoa secara berjamaah dengan keras, dan posisikan diri dengan tenang. Suasana khidmat ini akan membawa kita lebih dekat dengan makna penghambaan yang tulus kepada Allah SWT.

 

Keutamaan Bersikap Tenang dan Tidak Memaksakan Diri

Salah satu ciri utama ibadah yang diterima Allah adalah yang dilakukan dengan ketenangan dan keikhlasan. Rasulullah ﷺ tidak pernah menunjukkan sikap tergesa-gesa apalagi memaksakan diri dalam ibadah. Bahkan ketika beliau tahu bahwa suatu sunnah sulit dilakukan karena padatnya jamaah, beliau menunjukkan alternatif yang lebih selamat dan beradab.

 

Menjadi jamaah yang penuh adab, lembut terhadap sesama, dan tenang dalam beribadah adalah salah satu keutamaan yang sangat dicintai Allah. Jangan sampai keinginan menyentuh Hajar Aswad atau berdoa di Multazam justru menjauhkan kita dari nilai-nilai ketundukan dan kasih sayang dalam ibadah.