1. Persiapan Ihram Khusus Perempuan
Muslimah yang akan melaksanakan ibadah haji perlu melakukan persiapan ihram yang tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Persiapan ini mencakup mandi ihram, membersihkan diri secara menyeluruh, memotong kuku, dan merapikan rambut. Waktu mandi ihram disunnahkan sebelum memasuki miqat, sebagai simbol kesiapan hati dan tubuh untuk memulai manasik.
Berbeda dari laki-laki, wanita tidak disyaratkan mengenakan pakaian khusus ihram. Mereka diperbolehkan memakai pakaian apa pun yang menutup aurat dan tidak menyerupai pakaian laki-laki, selama tidak berlebihan dan tidak menarik perhatian. Disarankan memilih pakaian berwarna netral dan longgar agar tidak mencolok serta tetap nyaman.
Muslimah juga harus menjaga niat ihram di dalam hati saat melewati miqat. Niat ini merupakan titik awal dari ibadah haji dan menjadi penentu sah tidaknya manasik. Disarankan untuk memperbanyak dzikir, doa, dan membaca talbiyah dengan penuh kekhusyukan sejak mulai ihram hingga tahallul.
Persiapan yang matang akan membantu jamaah wanita menjalani ibadah dengan lebih khusyuk dan minim gangguan fisik maupun emosional selama proses haji.
2. Larangan Ihram yang Khusus untuk Wanita
Ada sejumlah larangan ihram yang berlaku bagi semua jamaah, seperti memotong rambut, memotong kuku, menggunakan wangi-wangian, serta berburu atau membunuh hewan. Namun, ada larangan tertentu yang berlaku khusus bagi perempuan.
Muslimah dilarang menutup wajah dengan niqab (cadar) dan kedua tangan dengan sarung tangan selama dalam keadaan ihram. Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW: “Janganlah wanita yang sedang ihram mengenakan cadar dan jangan pula mengenakan sarung tangan.” (HR. Bukhari).
Sebagai alternatif, jika ingin menutupi wajah dari pandangan laki-laki non-mahram, wanita boleh menjulurkan jilbab atau kain kerudung dari atas kepala ke depan wajah tanpa melekatinya. Ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak melanggar larangan ihram.
Memahami larangan ini penting agar ibadah tidak batal atau kurang sempurna. Karenanya, pembekalan fiqih manasik sebelum berangkat sangat penting, khususnya bagi jamaah perempuan.
3. Busana dan Aksesoris yang Diperbolehkan
Wanita diperbolehkan memakai pakaian yang longgar, sopan, dan tidak transparan selama ihram. Warna pakaian tidak dibatasi, namun dianjurkan yang tidak mencolok. Jenis kain sebaiknya menyerap keringat dan nyaman dipakai dalam cuaca panas ekstrem.
Muslimah juga boleh memakai kaos kaki untuk menutupi kaki, serta sandal atau sepatu yang nyaman dan sesuai syar’i. Mengenakan masker kain, kacamata hitam, dan topi pelindung panas (jika diperlukan) juga diperbolehkan selama tidak bertujuan berdandan atau berlebihan.
Aksesoris sederhana seperti pin atau peniti boleh digunakan untuk mengamankan kerudung, asalkan tidak mengandung unsur perhiasan berlebihan. Pemakaian perhiasan sebaiknya dihindari demi keamanan dan menghindari fitnah.
Kebersihan dan kenyamanan adalah kunci. Pilih bahan yang ringan namun tidak menerawang, serta desain yang memudahkan gerakan selama thawaf, sa’i, dan wukuf.
4. Perbedaan Gerakan Manasik antara Pria dan Wanita
Secara umum, manasik haji untuk pria dan wanita memiliki rukun yang sama. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam praktiknya. Misalnya, dalam thawaf, wanita tidak disunnahkan untuk berjalan cepat (raml) di tiga putaran pertama sebagaimana laki-laki.
Begitu pula saat sa’i antara Bukit Shafa dan Marwah, wanita tidak perlu berlari-lari kecil di antara dua tanda hijau (area yang disunnahkan bagi laki-laki untuk berlari). Perempuan cukup berjalan biasa sepanjang rute tersebut.
Dalam hal mencukur rambut (tahallul), pria disunnahkan mencukur habis atau memendekkan, sedangkan wanita cukup memotong sedikit ujung rambut sepanjang ruas jari. Hal ini dilakukan setelah seluruh rangkaian manasik selesai.
Perbedaan ini mencerminkan kelembutan syariat yang memperhatikan kondisi fisik dan kodrat wanita, serta tetap menjaga kesetaraan dalam pahala dan keutamaan ibadah.
5. Tips Menjaga Aurat dan Kenyamanan Selama Ibadah
Menjaga aurat selama ibadah sangat penting, terlebih saat thawaf dan sa’i yang dilakukan di tengah kerumunan besar. Muslimah dianjurkan memakai pakaian dalam yang aman dan tidak mudah tersingkap. Gunakan ciput atau inner jilbab agar kerudung tidak bergeser.
Pilih kerudung yang panjang dan menyelimuti dada agar lebih terlindungi. Untuk bawahannya, gunakan rok panjang atau gamis berbahan jatuh yang tidak menerawang. Hindari pakaian berbahan licin yang mudah tersingkap oleh angin atau dorongan massa.
Perlengkapan pribadi seperti pembalut, tisu basah, dan hand sanitizer sebaiknya selalu dibawa untuk menjaga kebersihan. Selain itu, hindari mengenakan pakaian bertumpuk agar tidak terlalu panas.
Perhatikan waktu istirahat dan cukup minum agar tubuh tetap prima. Kenyamanan selama ibadah akan memengaruhi kekhusyukan dan ketenangan hati dalam melaksanakan setiap rukun.
6. Kesempatan Ibadah Tambahan yang Dapat Dimaksimalkan
Selain menjalankan manasik utama, jamaah wanita memiliki banyak peluang untuk memperbanyak amal ibadah di Tanah Suci. Membaca Al-Qur’an, berdzikir, memperbanyak istighfar, dan shalat sunnah adalah amalan yang sangat dianjurkan, terutama saat menunggu waktu salat wajib di Masjidil Haram dan Nabawi.
Muslimah juga dianjurkan memperbanyak doa, terutama di tempat mustajab seperti Multazam, Hijir Ismail, Raudhah, dan saat wukuf di Arafah. Keheningan spiritual yang dirasakan di Tanah Suci adalah momentum langka untuk membangun kedekatan yang dalam dengan Allah SWT.
Bagi yang sedang haid, meski tidak dapat melaksanakan thawaf atau salat, tetap bisa berdzikir, membaca doa, dan mendengarkan kajian dari para pembimbing. Jangan merasa kurang pahala, karena setiap niat dan kesabaran tetap bernilai di sisi Allah.
Ibadah haji dan umrah adalah kesempatan emas yang harus dimaksimalkan. Muslimah hendaknya mengisinya dengan ketekunan dan kesungguhan, agar pulang ke tanah air dengan jiwa yang lebih bersih dan iman yang lebih kuat.