Memasuki kota Mekkah bukanlah perjalanan biasa. Ia adalah momen sakral, saat jiwa bertemu dengan tempat suci yang Allah ﷻ pilih sebagai pusat ibadah umat Islam. Setiap langkah menuju Mekkah adalah langkah menuju pengampunan dan ketundukan. Dalam hadits dan sejarah perjalanan Rasulullah ﷺ, terdapat panduan penuh hikmah yang bisa dijadikan rujukan agar kita memasuki kota suci dengan adab, niat, dan semangat yang benar.
Artikel ini menyajikan tata cara memasuki Mekkah berdasarkan tuntunan Nabi ﷺ, agar setiap jamaah mampu menyambut Tanah Haram dengan hati yang suci dan penuh makna.
Sunnah Membaca Doa Saat Melihat Mekkah Pertama Kali
Salah satu momen yang paling menggugah hati adalah saat melihat Mekkah untuk pertama kali. Banyak ulama menyebutkan bahwa pada saat pertama kali memandang kota suci ini, doa-doa sangat mustajab. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk berdoa dengan penuh harap dan tangis di momen tersebut.
Meskipun tidak ada doa yang secara khusus ditetapkan dalam hadits shahih untuk melihat Mekkah pertama kali, para ulama menganjurkan doa yang bersifat pujian kepada Allah dan permohonan penerimaan ibadah, seperti:
“Allāhumma hādza harāmuka wa amnuka, fa harrim jasadī ‘ala an-nār, wa āminnī min ‘adhābika yawma tab’atsu ‘ibādak.”
Artinya: “Ya Allah, inilah tanah haram-Mu dan tempat aman-Mu. Maka lindungilah jasadku dari neraka dan amankan aku dari azab-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.)
Jamaah disarankan menghentikan sejenak kendaraan, jika memungkinkan, untuk menundukkan kepala, membaca istighfar, dan mengucap takbir serta tahmid.
Adab Memasuki Kota Suci dengan Penuh Tunduk
Mekkah adalah kota suci yang dimuliakan Allah sejak zaman Nabi Ibrahim. Karena itu, siapa pun yang memasukinya harus menyiapkan adab dan kesiapan hati. Adab yang dianjurkan antara lain:
- Menundukkan pandangan dan menjaga lisan
- Memperbanyak dzikir dan doa
- Menjaga ketenangan dan tidak membuat kegaduhan
- Menghindari kesombongan atau merasa lebih dari jamaah lain
Rasulullah ﷺ sendiri masuk ke kota Mekkah dalam keadaan tunduk dan penuh rasa takut kepada Allah, meskipun beliau saat itu masuk sebagai pemenang Fathu Makkah. Ini menjadi pelajaran bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin harus ia merendah di hadapan Allah. Maka, saat memasuki Mekkah, kita diajarkan bukan hanya datang secara fisik, tapi hadir secara spiritual.
Langkah Awal Menuju Masjidil Haram
Setelah masuk kota Mekkah, tujuan utama jamaah adalah menuju Masjidil Haram, tempat Ka’bah berada. Langkah-langkah yang bisa dilakukan:
- Perbanyak dzikir dan doa selama perjalanan menuju masjid, seperti talbiyah dan istighfar.
- Jika memungkinkan, mandi dan mengenakan pakaian bersih sebelum memasuki masjid.
- Masuk ke Masjidil Haram melalui pintu yang direkomendasikan, seperti Bab As-Salam, dan ucapkan: “Allāhumma iftah lī abwāba rahmatik.” (Artinya: Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.)
Pandangan pertama ke Ka’bah adalah momen luar biasa. Banyak ulama menganjurkan berdoa secara khusus saat pertama kali memandang Ka’bah, karena diyakini mustajab.
Praktik Thawaf Qudum Saat Tiba di Mekkah
Thawaf Qudum adalah thawaf sambutan yang dilakukan bagi jamaah haji Ifrod dan Qiran saat baru tiba di Mekkah. Thawaf ini bersifat sunnah namun sangat dianjurkan, dan menunjukkan rasa syukur atas tibanya seorang hamba di tempat paling suci di dunia. Tata cara thawaf dimulai dari Hajar Aswad dan mengucapkan ‘Bismillāhi Allāhu akbar’. Laki-laki dianjurkan melakukan raml (berjalan cepat) di tiga putaran pertama. Lakukan tujuh putaran mengelilingi Ka’bah dengan penuh khusyuk.
Setelah thawaf, shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim, jika memungkinkan. Melalui thawaf, jamaah belajar bahwa hidup ini harus terus berputar mengelilingi pusat tauhid, sebagaimana Ka’bah menjadi pusat arah ibadah seluruh Muslim.
Menyatu dengan Semangat Jutaan Umat Islam
Saat memasuki Mekkah, jamaah tidak hanya datang sebagai individu, tetapi menyatu dalam barisan umat Islam dari seluruh dunia. Setiap wajah berbeda bangsa, bahasa, dan latar belakang, namun semua menyatu dalam satu kalimat: Lā ilāha illallāh.
Semangat ukhuwah ini harus dijaga; tidak saling menyakiti, membantu sesama, menjaga antrean, dan mengutamakan orang lain. Suasana spiritual Mekkah seharusnya menjadi ladang pelatihan untuk menghilangkan ego dan memperkuat solidaritas. Kesadaran ini akan membentuk jamaah menjadi Muslim yang lebih toleran, rendah hati, dan cinta damai. Di sinilah nilai sosial dari ibadah haji dan umrah tumbuh kuat.
Menjaga Hati dan Niat dalam Setiap Langkah
Yang paling penting dalam setiap ibadah adalah niat dan keikhlasan. Saat memasuki Mekkah, niat harus diluruskan: bahwa semua ini dilakukan untuk mencari ridha Allah, bukan untuk status sosial atau dokumentasi pribadi. Jamaah harus menjaga hati dari bisikan riya’, ujub, dan lalai. Jangan sampai kelelahan perjalanan atau fasilitas yang kurang nyaman membuat lisan menjadi keluh, padahal setiap langkah yang sabar akan menjadi pahala. Seperti sabda Nabi ﷺ:
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masuk ke Mekkah berarti masuk ke wilayah kesucian, dan itu harus tercermin dalam kesucian niat dan akhlak. Jangan hanya bersih pakaian ihramnya, tapi kotor hatinya.