Hajar Aswad adalah salah satu simbol paling ikonik dalam ibadah haji dan umrah. Letaknya di sudut tenggara Ka’bah, menjadi titik awal dan akhir tawaf. Bagi jamaah, mencium atau menyentuh Hajar Aswad adalah momen sakral yang penuh makna. Namun, karena antusiasme jutaan orang yang ingin melakukannya, penting bagi setiap muslim untuk memahami adab dan tata cara mencium Hajar Aswad agar tetap menjaga ketertiban, keselamatan, dan kekhusyukan ibadah.

 

Apa Itu Hajar Aswad dan Mengapa Ia Sangat Dihormati

Hajar Aswad adalah batu hitam yang diyakini berasal dari surga. Menurut riwayat, batu ini diberikan kepada Nabi Ibrahim AS oleh malaikat Jibril untuk diletakkan di salah satu sudut Ka’bah saat proses pembangunan kembali Baitullah bersama Nabi Ismail AS. Dalam hadits shahih, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hajar Aswad turun dari surga, lebih putih dari susu. Namun, dosa-dosa anak cucu Adam yang menjadikannya hitam” (HR. Tirmidzi). Batu ini menjadi saksi sejarah perjalanan spiritual umat Islam sepanjang masa. Menyentuh atau mencium Hajar Aswad bukan sekadar ritual fisik, tetapi simbol ketaatan, kecintaan, dan pengharapan akan pengampunan Allah.

 

Penghormatan terhadap Hajar Aswad bukan karena zatnya, tetapi karena kemuliaan tempat dan perlakuan Nabi Muhammad SAW terhadapnya. Oleh karena itu, mencium Hajar Aswad adalah ibadah yang sarat dengan keteladanan dan ketundukan kepada Allah.

 

Tata Cara Mencium Hajar Aswad dengan Etika yang Benar

Mencium Hajar Aswad merupakan salah satu sunah yang dianjurkan dalam tawaf. Namun, karena padatnya jamaah, sangat penting untuk melakukannya dengan cara yang sopan, tidak menyakiti orang lain, dan tetap menjaga adab Islami. Berikut tata cara yang benar:

  1. Posisikan diri menghadap Hajar Aswad, jika memungkinkan, saat berada di sudut Ka’bah sebelum memulai putaran tawaf.
  2. Jika situasi memungkinkan dan tidak membahayakan diri maupun orang lain, cium langsung batu tersebut dengan lembut sebagaimana yang dilakukan Nabi SAW.
  3. Jika tidak bisa mencium langsung, jamaah bisa menyentuhnya dengan tangan, lalu mencium tangannya.
  4. Jika tidak memungkinkan menyentuh langsung, acungkan tangan ke arahnya sambil mengucapkan takbir, Bismillahi Allahu Akbar’

 

Hindari berdesak-desakan, mendorong orang lain, atau memaksakan diri, karena hal tersebut justru bertentangan dengan semangat ibadah. Ingat, adab lebih utama daripada sekadar menyentuh fisik batu.

 

Doa yang Disarankan Saat Mencium Hajar Aswad

Tidak ada doa khusus yang diwajibkan saat mencium Hajar Aswad, namun para ulama dan para sahabat menganjurkan untuk membaca:’Bismillahi Allahu Akbar‘ – (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). Selain itu, disarankan juga untuk berdoa dalam hati memohon ampunan, rahmat, dan diterimanya ibadah. Karena tempat ini adalah salah satu lokasi mustajab untuk berdoa.

 

Jamaah juga bisa membaca doa-doa pribadi yang sesuai dengan hajatnya. Kesempatan menyentuh atau mencium Hajar Aswad adalah waktu spiritual yang sangat berharga, maka manfaatkan dengan dzikir dan istighfar sebanyak-banyaknya.

 

Mengapa Mencium Hajar Aswad Merupakan Sunah Tawaf, Bukan Rukun

Perlu diluruskan bahwa mencium Hajar Aswad bukan merupakan rukun haji atau umrah, melainkan sunnah muakkadah (sunah yang sangat dianjurkan) saat melaksanakan tawaf. Artinya, jika tidak dilakukan karena tidak memungkinkan, ibadah tetap sah.

 

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak selalu mencium Hajar Aswad di setiap tawafnya. Dalam kondisi padat, beliau hanya mengangkat tangan dan bertakbir dari kejauhan. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat fleksibel dan memperhatikan keselamatan umatnya. Oleh karena itu, jamaah tidak perlu memaksakan diri hingga menyakiti orang lain atau menimbulkan kekacauan. Mengikuti sunah secara bijak jauh lebih utama dibanding menjalankan amalan dengan cara yang membahayakan.

 

Keutamaan Pahala Bagi Jamaah yang Mencium Hajar Aswad

Meski bukan kewajiban, mencium atau menyentuh Hajar Aswad memiliki keutamaan yang besar. Dalam hadits disebutkan:

Demi Allah, sungguh Allah akan membangkitkan Hajar Aswad pada hari kiamat, ia memiliki dua mata dan bisa melihat, serta memiliki lidah yang bisa berbicara, dan akan menjadi saksi bagi siapa yang menyentuhnya dengan benar.” (HR. Tirmidzi).

Maka, mencium Hajar Aswad bukan sekadar simbol, tapi ibadah yang disaksikan oleh batu itu sendiri di akhirat kelak. Itulah mengapa banyak jamaah menangis haru saat berhasil mendekat dan menyentuhnya—karena mereka merasa seolah bersaksi langsung di hadapan Allah SWT.

 

Namun ingat, pahala ini tidak lepas dari niat yang ikhlas dan adab yang baik. Tanpa itu, mencium Hajar Aswad hanya akan menjadi ritual fisik kosong tanpa nilai spiritual.