Madinah bukan sekadar kota bersejarah. Ia adalah tempat yang menyimpan cinta, perjuangan, dan jejak Rasulullah Muhammad SAW. Di sanalah terdapat Makam Nabi Muhammad SAW, sosok yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Menziarahi beliau adalah amal mulia yang penuh adab dan makna, bukan sekadar kunjungan biasa. Ziarah ini bukan untuk meminta, tapi wujud cinta dan penghormatan kepada sang utusan Allah.

 

Niat Menziarahi Rasulullah: Bukan untuk Meminta

Hal pertama dan terpenting dalam ziarah adalah meluruskan niat. Ulama sepakat bahwa menziarahi makam Rasulullah SAW merupakan sunnah yang dianjurkan, bukan untuk meminta sesuatu kepada beliau, melainkan untuk mengucapkan salam, mempererat kecintaan, dan mendoakan kebaikan.

Niat ziarah harus murni karena Allah. Rasulullah tidak bisa memberi manfaat atau mudarat kecuali dengan izin Allah. Maka, ziarah bukanlah bentuk ibadah kepada Rasulullah, melainkan penghormatan kepada hamba Allah yang paling mulia.

“Dan janganlah kamu menyeru (berdoa) kepada selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan mudarat kepadamu…” (QS. Yunus: 106)

 

Cara Mengucapkan Salam dengan Benar

Saat berada di hadapan makam Nabi Muhammad SAW, adab paling utama adalah mengucapkan salam dengan penuh adab dan kerendahan hati.

Kalimat salam yang dianjurkan:

“Assalāmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa raḥmatullāhi wa barakātuh.”

Setelah itu, sampaikan salam kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab yang juga dimakamkan di sisi Rasulullah:

“Assalāmu ‘alaika yā Abā Bakr. Assalāmu ‘alaika yā ‘Umar.”

Hendaknya kita tidak berteriak atau memanggil-manggil nama Nabi dengan suara keras. Rasulullah SAW telah wafat, namun beliau tetap dimuliakan. Ucapkan salam dengan hati yang lembut dan suara rendah, sebagaimana perintah Allah:

“Janganlah kamu mengangkat suaramu di atas suara Nabi…” (QS. Al-Hujurat: 2)

 

Sikap yang Dihindari Saat di Dekat Makam Nabi

Beberapa sikap yang harus dihindari saat menziarahi makam Rasulullah SAW:

  • Meminta langsung kepada Rasulullah, seperti “Ya Rasul, sembuhkan aku.” Ini bertentangan dengan tauhid.

  • Menangis berlebihan, meratap, atau menyentuh pagar makam dengan keyakinan tertentu.

  • Berdesak-desakan atau menyakiti orang lain demi bisa mendekat ke makam.

Ziarah adalah ibadah, maka sikap tenang, tertib, dan sopan harus diutamakan. Jangan sampai niat yang baik ternoda oleh tindakan yang tidak sesuai tuntunan.

 

Doa dan Zikir yang Dianjurkan di Masjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid paling mulia. Rasulullah SAW bersabda:

“Shalat di masjidku ini lebih utama daripada seribu shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Amalan yang dianjurkan:

  • Shalat di Raudhah, area antara mimbar dan makam Nabi, yang disebut sebagai taman surga.

  • Memperbanyak zikir dan istighfar.

  • Membaca Al-Qur’an dan memperbanyak salawat.

Doa-doa yang baik juga dapat dibaca di Masjid Nabawi, terutama di tempat-tempat mustajab seperti Raudhah.

 

Meneladani Akhlak Rasulullah Setelah Ziarah

Ziarah bukanlah akhir dari perjalanan ruhani, tetapi awal dari penghayatan terhadap teladan Nabi. Setelah menziarahi beliau, hendaknya kita:

  • Memperbaiki akhlak, karena Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak.

  • Memperbanyak salawat, sebagai tanda cinta kepada beliau.

  • Meneladani sikap Nabi dalam kejujuran, kasih sayang, amanah, dan ibadah.

Ziarah yang diterima Allah adalah ziarah yang membuat kita semakin mencintai sunnah Rasulullah dan menjadikannya pedoman hidup.

 

Penutup

Menziarahi makam Rasulullah SAW adalah momen istimewa yang seharusnya dilakukan dengan adab, cinta, dan pemahaman yang benar. Ini bukan ziarah biasa, tapi pertemuan ruhani dengan sosok yang membawa kita dari gelap menuju cahaya.

Jika dilakukan dengan adab, ziarah ini bisa menjadi penyubur iman dan pengingat tujuan hidup, yakni menjadi hamba Allah yang mengikuti jejak Nabi-Nya dalam setiap langkah.

“Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)