Menunaikan ibadah umrah atau haji tidak hanya berisi rangkaian ritual ibadah, tetapi juga membawa misi ukhuwah Islamiyah dan etika sosial yang harus dijaga. Jamaah dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, akan berinteraksi dengan penduduk lokal Arab Saudi dalam berbagai kondisi—baik saat berbelanja, bertanya arah, atau sekadar berkomunikasi di masjid. Dalam konteks ini, penting untuk menjaga akhlak, menghormati budaya setempat, serta memahami batasan-batasan sosial dan agama. Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana etika bermuamalah dengan masyarakat lokal Arab Saudi agar citra Islam dan bangsa Indonesia tetap terjaga dengan baik.

 

Sopan Santun dan Menghindari Perdebatan

Sikap sopan adalah kunci utama dalam membangun komunikasi yang baik dengan siapa pun, termasuk penduduk lokal di Arab Saudi. Meskipun bahasa dan budaya berbeda, ekspresi sopan akan mudah dipahami secara universal dan menciptakan suasana yang nyaman. Ketika berbicara, gunakan nada yang rendah dan hindari nada tinggi yang bisa disalahartikan sebagai amarah atau ketidaksabaran.

Perbedaan gaya bicara antara orang Indonesia dan Arab sering kali menyebabkan salah paham. Orang Arab cenderung berbicara cepat dan keras, yang sebenarnya bukan tanda marah. Jamaah sebaiknya tidak terpancing atau membalas dengan nada tinggi, melainkan tetap tenang dan sabar.

Menghindari perdebatan adalah langkah bijak. Jangan terlibat dalam diskusi panjang, apalagi soal agama atau politik, yang bisa menimbulkan ketegangan. Jika menghadapi ketidaksepakatan, lebih baik mengalah atau mengalihkan pembicaraan. Ingat bahwa menjaga akhlak lebih utama daripada membuktikan siapa yang benar.

Sikap sopan tidak hanya mencerminkan pribadi yang baik, tetapi juga memperlihatkan wajah Islam yang penuh rahmat. Selain itu, sopan santun juga menjadi bagian dari dakwah bil hal—menyampaikan kebaikan melalui perilaku nyata.

 

Menggunakan Bahasa Tubuh dan Isyarat yang Tepat

Dalam keterbatasan bahasa, komunikasi nonverbal seperti bahasa tubuh dan isyarat memiliki peran penting. Namun, jamaah perlu berhati-hati karena tidak semua gestur yang biasa digunakan di Indonesia bisa diterima atau dimengerti dengan cara yang sama di Arab Saudi.

Misalnya, menunjuk dengan jari telunjuk langsung ke wajah seseorang dapat dianggap tidak sopan. Sebaliknya, menunjuk arah atau barang sebaiknya dilakukan dengan tangan terbuka atau dengan gerakan yang lembut. Menatap mata secara intens juga bisa terasa tidak nyaman bagi sebagian orang Arab, terutama kepada lawan jenis.

Bahasa tubuh yang tenang, tidak terburu-buru, dan disertai senyum adalah cara terbaik menyampaikan pesan positif. Jangan menggunakan isyarat tangan secara berlebihan, apalagi sambil mengeluh atau mengangkat suara.

Jika ingin menyapa atau mengucapkan terima kasih, ucapkan dengan jelas dalam bahasa Arab sederhana seperti “Syukran” atau “Afwan”. Penggunaan kalimat singkat dan gerakan lembut jauh lebih efektif daripada mencoba berbicara panjang dengan risiko salah ucap.

Memahami dan menggunakan bahasa tubuh yang tepat tidak hanya menghindarkan dari kesalahpahaman, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap adat masyarakat setempat.

 

Menghargai Budaya dan Aturan Setempat

Setiap negara memiliki adat dan nilai-nilai budaya yang harus dihormati, dan Arab Saudi adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jamaah umrah atau haji perlu menyadari bahwa mereka sedang menjadi tamu di negeri orang dan wajib menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku.

Misalnya, pria dan wanita tidak diperkenankan berboncengan atau berjalan berduaan jika bukan mahram. Busana juga harus disesuaikan dengan norma setempat—pria berpakaian sopan dan wanita memakai pakaian longgar serta menutup aurat dengan benar.

Hindari memotret penduduk lokal, terutama wanita, tanpa izin. Di Arab Saudi, tindakan ini dianggap tidak sopan dan bisa menimbulkan masalah hukum. Jamaah juga harus menghormati waktu-waktu ibadah masyarakat lokal, seperti tidak mengganggu saat adzan atau shalat berjamaah berlangsung.

Menghargai budaya juga berarti tidak mencela makanan lokal, bahasa, atau cara hidup penduduk. Tunjukkan rasa syukur dan keterbukaan terhadap perbedaan. Dengan sikap ini, jamaah akan lebih mudah diterima dan dihargai oleh masyarakat setempat.

Ketika seorang Muslim menjaga adab di negeri orang, ia bukan hanya membawa nama pribadi atau kelompok, tetapi juga membawa nama baik Islam dan bangsanya.

 

Etika Berbelanja di Pasar atau Toko Sekitar Masjid

Berbelanja oleh-oleh di sekitar Masjidil Haram atau Masjid Nabawi adalah salah satu aktivitas umum jamaah, tetapi tetap perlu dilakukan dengan adab. Etika berbelanja bukan hanya soal harga, tapi juga mencerminkan kepribadian dan keluhuran akhlak.

Saat tawar-menawar, lakukan dengan sopan dan jangan memaksa. Jika harga tidak sesuai, ucapkan terima kasih dan pergi dengan tenang tanpa menyindir atau mencela. Banyak pedagang lokal yang menghargai pembeli yang sabar dan ramah, dan tidak sedikit yang akhirnya memberikan harga terbaik karena merasa dihormati.

Hindari berdesakan atau menyerobot antrean. Hormati hak orang lain, terutama sesama jamaah dari berbagai negara. Jangan menyalahgunakan fasilitas toko, seperti membuka barang tanpa izin atau merusak kemasan.

Jika memungkinkan, belanja dengan menggunakan bahasa Arab sederhana atau tunjukkan harga dengan kalkulator atau kertas. Hal ini akan mengurangi kesalahpahaman dan mempercepat transaksi. Jangan lupa untuk tetap menjaga barang bawaan agar tidak tercecer atau tertukar.

Etika saat berbelanja adalah bagian dari akhlak muamalah yang baik. Rasulullah SAW pun dikenal sebagai pedagang yang jujur dan santun. Meneladani beliau saat bermuamalah menjadi bagian dari ibadah selama di Tanah Suci.

 

Menjaga Citra Jamaah Indonesia yang Ramah

Jamaah Indonesia dikenal dunia karena jumlahnya yang besar dan sikapnya yang ramah. Citra ini adalah warisan baik yang harus dijaga oleh setiap jamaah. Dalam setiap interaksi, hendaknya jamaah memperlihatkan kelembutan, kejujuran, dan ketertiban.

Menjaga kebersihan di penginapan, masjid, maupun tempat umum adalah salah satu bentuk tanggung jawab. Hindari membuang sampah sembarangan, membuat keributan, atau bersikap seenaknya. Sikap tertib dan sopan akan memperkuat kesan positif terhadap bangsa Indonesia.

Berinteraksi dengan jamaah dari negara lain juga merupakan ladang ukhuwah. Saling menyapa, membantu, dan tersenyum kepada sesama adalah cara sederhana tetapi kuat dalam memperlihatkan karakter Islam yang indah.

Jika menghadapi kesulitan bahasa atau budaya, jangan marah atau kecewa. Alihkan dengan humor yang sehat atau minta bantuan petugas. Ingat bahwa setiap tindakan kita dilihat tidak hanya sebagai individu, tetapi sebagai representasi dari negeri kita tercinta.

Dengan menjaga sikap dan etika selama bermuamalah, jamaah Indonesia dapat menjadi contoh kebaikan, dakwah akhlak, dan duta Islam rahmatan lil ‘alamin di mata dunia.

 

Penutup

Bermuamalah dengan penduduk lokal Arab Saudi adalah bagian dari ibadah sosial yang tak kalah penting dari ibadah ritual selama umrah atau haji. Dengan sopan santun, isyarat yang tepat, penghormatan terhadap budaya setempat, serta etika dalam berbelanja, jamaah akan membawa citra Islam dan bangsa Indonesia yang mulia. Menjadi pribadi yang sabar, ramah, dan menghormati perbedaan adalah bentuk nyata dari akhlak Rasulullah SAW yang patut diteladani selama di Tanah Suci. Mari jadikan setiap interaksi sebagai kesempatan memperluas pahala dan mempererat ukhuwah Islamiyah antarbangsa.