Ibadah umrah adalah salah satu bentuk ketaatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Meskipun tata caranya lebih ringkas dibandingkan haji, pelaksanaannya tetap memerlukan kesiapan ilmu, fisik, dan spiritual. Sayangnya, masih banyak jamaah yang melakukan kesalahan umum selama menjalankan umrah, baik karena kurangnya pemahaman, terburu-buru, maupun terlalu fokus pada aspek luar semata. Artikel ini akan mengulas beberapa kesalahan umum yang kerap terjadi di kalangan jamaah umrah serta memberikan panduan praktis untuk menghindarinya, agar setiap langkah dalam ibadah benar-benar bermakna dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Terburu-buru Saat Tawaf atau Sai

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan jamaah umrah adalah tergesa-gesa saat melakukan tawaf dan sai. Padahal, kedua amalan tersebut merupakan rukun umrah yang seharusnya dilakukan dengan khusyuk dan penuh penghayatan. Berjalan cepat atau bahkan berdesakan demi menyelesaikan putaran tawaf atau lintasan sai lebih cepat justru dapat mengurangi kekhusyukan ibadah.

Ketergesaan sering kali muncul karena faktor fisik yang lelah, tekanan keramaian, atau keinginan untuk segera berpindah ke aktivitas selanjutnya. Sikap terburu-buru ini bisa membuat jamaah tidak fokus dalam berdoa atau berdzikir, padahal setiap langkah di sekitar Ka’bah maupun antara Shafa dan Marwah adalah kesempatan untuk mendulang pahala.

Untuk menghindarinya, penting bagi jamaah untuk menyadari bahwa ibadah ini bukanlah kompetisi. Ambil waktu secukupnya, jaga irama langkah agar tetap stabil, dan pastikan setiap gerakan diiringi niat yang tulus. Jika kondisi sangat padat, jamaah bisa memilih waktu tawaf sunnah di malam hari atau menjelang subuh saat suasana lebih tenang.

Membawa botol air minum, mengenakan alas kaki yang nyaman, serta menjaga asupan energi juga dapat membantu mengurangi kelelahan yang sering memicu keinginan untuk menyelesaikan ibadah dengan cepat. Dengan demikian, tawaf dan sai dapat menjadi pengalaman spiritual yang benar-benar menyentuh hati.

 

Mengabaikan Niat yang Tulus dan Ikhlas

Ibadah umrah adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT yang semestinya dimulai dengan niat yang tulus. Namun, tidak sedikit jamaah yang tergelincir dalam niat yang kurang murni, seperti ingin pamer status sosial, mencari pujian, atau sekadar mengejar popularitas di media sosial.

Ketulusan niat adalah pondasi utama yang membedakan ibadah dari sekadar rutinitas atau aktivitas fisik. Jika niatnya tidak karena Allah, maka ibadah yang dilakukan bisa kehilangan esensinya. Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sabdanya, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk menjaga keikhlasan, hendaknya jamaah meluangkan waktu untuk merenung sebelum keberangkatan. Luruskan niat bahwa perjalanan ini semata-mata untuk mencari ridha Allah. Jangan tergoda untuk menjadikan umrah sebagai ajang pamer kemewahan atau kesalehan palsu.

Memperbanyak doa agar diberi hati yang ikhlas dan rendah hati juga sangat dianjurkan. Selain itu, menghindari sikap riya dan membiasakan dzikir dalam hati dapat menjaga fokus ibadah tetap terarah kepada Sang Pencipta.

 

Kurang Mempelajari Ilmu Manasik Sebelum Berangkat

Kesalahan mendasar lainnya adalah kurangnya persiapan ilmu tentang manasik umrah sebelum keberangkatan. Banyak jamaah yang hanya mengandalkan petunjuk saat di lapangan, tanpa memahami terlebih dahulu tata cara, rukun, dan sunnah ibadah umrah secara utuh.

Hal ini bisa menyebabkan kekeliruan dalam pelaksanaan, seperti kesalahan dalam niat, urutan ibadah, atau bacaan doa yang tidak sesuai. Bahkan ada yang tidak tahu kapan wajib ihram, di mana miqat berada, atau apa yang harus dilakukan jika melanggar larangan ihram.

Mengikuti manasik umrah secara serius sebelum keberangkatan sangat penting untuk membekali diri. Jamaah sebaiknya mencatat dan memahami materi manasik, bertanya jika ada yang belum jelas, serta membaca buku atau menyimak video pembelajaran dari sumber terpercaya.

Dengan memahami ilmu ibadah, jamaah tidak hanya akan lebih siap secara teknis, tetapi juga dapat melaksanakan umrah dengan tenang, percaya diri, dan penuh kekhusyukan. Bekal ilmu menjadikan ibadah lebih sah, sempurna, dan berpahala besar di sisi Allah SWT.

 

Sibuk dengan Dokumentasi dan Foto Selama Ibadah

Di era digital seperti sekarang, dokumentasi perjalanan menjadi hal yang sulit dihindari. Namun, banyak jamaah yang justru terlalu sibuk berfoto, berswafoto, atau merekam video selama berada di area Masjidil Haram, sehingga mengganggu kekhusyukan ibadah umrah itu sendiri.

Berlebihan dalam mendokumentasikan ibadah dapat mengurangi fokus dan rasa tawadhu’ di hadapan Allah. Bahkan, tanpa sadar, bisa memicu rasa riya dan menjadikan ibadah sebagai tontonan bagi orang lain. Apalagi jika dilakukan di tempat-tempat sakral seperti depan Ka’bah atau saat tawaf.

Untuk menghindarinya, niatkan dokumentasi hanya sebagai pengingat pribadi atau kenangan sewajarnya. Hindari berfoto di tengah-tengah ibadah, apalagi sampai mengganggu jamaah lain. Jika ingin mengambil gambar, pilih waktu di luar momen utama ibadah dan lakukan dengan penuh kesopanan.

Ingatlah bahwa umrah bukan wisata religi biasa. Fokuskan pikiran dan hati untuk berdzikir, berdoa, dan merenung atas nikmat bisa sampai di Tanah Suci. Dokumentasi terbaik bukanlah foto di kamera, melainkan kenangan yang tertanam dalam jiwa karena ibadah yang ikhlas dan mendalam.

 

Mengabaikan Adab dan Etika di Masjidil Haram

Masjidil Haram adalah tempat paling suci dalam Islam, dan menjaga adab di dalamnya adalah wujud penghormatan kepada Allah dan tempat yang dimuliakan-Nya. Sayangnya, masih banyak jamaah yang kurang memperhatikan etika selama berada di dalamnya.

Beberapa kesalahan umum termasuk berbicara keras, bersenda gurau, duduk sembarangan hingga menghalangi jalan, atau membuang sampah sembarangan. Ada pula yang memaksakan diri duduk di barisan depan tanpa mempertimbangkan ruang jamaah lain.

Untuk menghindari kesalahan ini, tanamkan kesadaran bahwa setiap langkah dan ucapan di Masjidil Haram memiliki nilai ibadah. Jaga suara tetap rendah, hindari mengobrol saat menunggu shalat, dan berikan jalan kepada jamaah lain dengan sabar dan senyum.

Adab juga mencakup berpakaian sopan, menjaga kebersihan, tidak memotret orang lain tanpa izin, serta menghormati keberagaman jamaah dari seluruh dunia. Sikap santun dan penuh hormat akan menciptakan suasana damai yang membantu semua jamaah beribadah dengan khusyuk.

 

Penutup

Menunaikan ibadah umrah adalah anugerah luar biasa yang tak semua orang mendapat kesempatan untuk menjalaninya. Oleh karena itu, penting bagi setiap jamaah untuk menghindari kesalahan-kesalahan umum agar ibadah yang dilakukan tidak sia-sia. Dengan meluruskan niat, memperdalam ilmu, menjaga adab, dan meminimalisir gangguan seperti dokumentasi berlebihan, insyaAllah umrah yang kita lakukan akan menjadi amal yang diterima di sisi Allah SWT. Mari jaga kemuliaan ibadah ini dengan kesungguhan hati, agar setiap langkah di Tanah Suci menjadi bekal menuju kehidupan yang lebih bertakwa.