Multazam—tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah—adalah salah satu lokasi paling mustajab untuk berdoa. Di sinilah para jamaah melantunkan harapan terdalam, dengan keyakinan bahwa Allah akan mendengarnya. Namun, bagaimana jika momen di sana singkat, sementara doa yang ingin disampaikan begitu banyak? Ustadz Adi Hidayat (UAH) dikenal dengan kedalaman spiritual dan perencanaan ibadahnya, termasuk dalam hal menyusun dan memilih doa saat berada di Multazam. Artikel ini akan mengulas bagaimana UAH menyiapkan doa-doa penting, serta tips menyusun permintaan kepada Allah dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
UAH Menyusun Daftar Doa Jauh-Jauh Hari Sebelum Berangkat
Menurut penuturan beliau dalam berbagai ceramah, UAH menyusun daftar doa sejak jauh hari sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Ia tidak menunggu saat tiba di depan Ka’bah untuk baru berpikir apa yang akan diminta. Semua ditulis, disusun, dan direnungi. “Multazam itu bukan tempat untuk berpikir, tapi tempat untuk menyampaikan,” kata beliau.
Hal ini menjadi teladan bagi para jamaah agar mempersiapkan doa-doa penting sejak dari rumah. Sebab, ketika berada di tengah lautan manusia dan emosi spiritual yang tinggi, bisa jadi pikiran tidak fokus. Dengan menyusun daftar doa, seseorang sudah menunjukkan kesungguhan dan penghormatan terhadap kesempatan langka yang Allah beri di tempat mulia tersebut.
Prioritas: Ampunan, Ketetapan Hati, dan Keberkahan Keluarga
UAH selalu menekankan bahwa prioritas doa di Multazam adalah ampunan Allah, ketetapan hati dalam iman, dan keberkahan hidup untuk keluarga. Tiga hal ini mencakup dimensi akhirat dan dunia sekaligus. Menurut beliau, ampunan adalah fondasi. Tanpa itu, semua kebaikan tidak akan memiliki ruh. Lalu, ketetapan hati dibutuhkan agar keimanan tidak luntur setelah kembali ke tanah air.
Selanjutnya, keberkahan dalam keluarga menjadi doa yang sangat penting karena keluarga adalah ladang amal dan ujian terbesar. Dengan keluarga yang sakinah dan penuh iman, seseorang akan lebih kuat menjaga diri dan istiqamah dalam ibadah. Maka, doa untuk keluarga bukan pelengkap, tapi prioritas.
Cara Memilih Doa yang Paling Dibutuhkan dalam Hidup
UAH mengajarkan bahwa salah satu cara memilih doa yang tepat adalah dengan melihat sisi paling lemah dalam hidup kita saat ini. Jika selama ini kita sering gagal menjaga lisan, maka mintalah penjagaan lisan. Jika sering kehilangan semangat ibadah, mintalah kekuatan hati. Introspeksi menjadi kunci. “Allah lebih tahu apa yang terbaik untukmu, tapi Dia ingin kau juga tahu kelemahanmu,” ujar UAH.
Selain itu, beliau menyarankan agar setiap jamaah membuat “peta doa hidup” yang berisi: kebutuhan pribadi, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan umat. Jangan hanya berdoa untuk diri sendiri. Doakan pula saudara, guru, negara, dan umat Islam secara luas. Doa yang disusun dengan pemahaman dan cinta akan lebih mudah mengetuk langit.
Doa-Doa yang Disarankan UAH untuk Para Jamaah
UAH sering menyampaikan beberapa doa penting yang disarankan untuk dibaca di Multazam, antara lain:
- اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْزُقْنِي حُسْنَ الْخَاتِمَة (Ya Allah, ampunilah aku dan karuniakan aku akhir hidup yang baik)
- Doa memohon ilmu yang bermanfaat dan rezeki yang halal
- Doa agar tidak tergelincir dalam kesyirikan, kesombongan, dan riya’
- Doa agar keluarga menjadi ahli ibadah dan keturunan yang shalih
- Doa agar hidup diberi keberkahan dan kemudahan berdakwah di jalan Allah
Selain lafaz Arab, UAH juga menekankan pentingnya berdoa dengan bahasa ibu, agar makna lebih hadir dalam hati. Berdoa dengan bahasa sendiri akan membawa kejujuran dan kedekatan emosional dalam permohonan.
UAH: “Berdoalah dengan Rasa, Bukan Sekadar Hafalan”
Salah satu kalimat paling kuat dari UAH adalah:
“Allah tak butuh kata indah, Dia ingin hati yang bicara.” Banyak orang terlalu sibuk mencari lafaz Arab yang panjang, namun hati mereka kosong. Padahal, kekuatan doa terletak pada rasa, bukan hafalan. Oleh karena itu, UAH menyarankan agar jamaah fokus pada makna, bukan bentuk.
Doa yang berasal dari rasa akan keluar dari hati yang remuk, jiwa yang pasrah, dan keyakinan yang kuat. Tangisan dan jeda dalam doa bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa jiwa sedang hadir. UAH sendiri sering kali terdiam panjang di Multazam, karena menyampaikan doa dengan air mata dan keheningan adalah bentuk komunikasi yang paling dalam.
Teknik Menyampaikan Doa dari Hati Terdalam
UAH membagikan beberapa teknik menyampaikan doa yang benar-benar menyentuh:
- Mulailah dengan menyebut nama-nama Allah yang paling sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, “Ya Rahman, Ya Ghafur,” saat meminta ampunan.
- Sebutkan dosa-dosa yang kita sesali secara pribadi, bukan hanya secara umum.
- Sampaikan dengan bahasa yang jujur dan lirih.
- Berhenti sejenak di tengah doa untuk merenung dan menangis.
- Akhiri dengan harapan tulus dan kalimat tawakal, seperti “Aku tahu aku tak pantas, tapi Engkau Maha Pemurah.”
Dengan cara ini, doa tidak hanya menjadi ritual, tetapi momen pembebasan jiwa yang akan dikenang seumur hidup. UAH menyebutnya sebagai “percakapan sunyi yang paling berharga di dunia.”