Setiap muslim mendambakan husnul khatimah—akhir hidup yang baik, di waktu terbaik, dan dalam keadaan terbaik. Tak ada tempat yang lebih mulia untuk wafat selain Tanah Suci. Di tengah kesibukan ibadah umrah, ada kisah haru dari seorang jamaah yang meninggal dunia saat sujud terakhir di Masjidil Haram. Peristiwa ini menjadi momen langka dan penuh pelajaran spiritual, yang tak hanya menggugah hati para saksi, tapi juga menjadi pengingat bahwa ibadah umrah bukan sekadar perjalanan ritual, melainkan bagian dari persiapan pulang ke akhirat.

 

Kisah Jamaah Wafat di Masjidil Haram Saat Sujud Terakhir

Peristiwa itu terjadi setelah salat isya berjamaah. Seorang jamaah umrah asal Indonesia sujud begitu lama hingga jamaah di sekitarnya curiga. Saat diperiksa, ia telah menghembuskan napas terakhir dalam kondisi masih bersujud. Tidak ada tanda-tanda lemah sebelumnya. Ia tampak sehat dan penuh semangat selama perjalanan ibadah.

Kabar wafatnya dalam sujud di Masjidil Haram menyebar cepat ke seluruh rombongan. Jamaah lain menangis, ada yang diam merenung, dan sebagian langsung menunaikan salat jenazah di Masjidil Haram. Wafat dalam sujud di Baitullah—tempat terbaik dalam keadaan paling mulia—adalah karunia yang sulit digambarkan dengan kata-kata.

 

Suasana Haru Jamaah dan Doa dari UAH

Ustadz Adi Hidayat (UAH), yang turut membimbing rombongan saat itu, mengajak semua jamaah berdoa bersama untuk almarhum. Dengan suara yang terbata-bata karena haru, UAH mengatakan,
“Tak ada kematian yang lebih indah daripada wafat dalam keadaan sujud di tempat suci.”

UAH memimpin doa agar almarhum diterima sebagai syahid, diampuni segala dosanya, dan dibangkitkan bersama orang-orang shalih. Jamaah yang sebelumnya kelelahan, tiba-tiba larut dalam tangis. Momen itu menjadi titik balik spiritual bagi banyak jamaah, karena mereka menyaksikan langsung bagaimana kematian bisa datang tiba-tiba—dan betapa indahnya bila datang dalam keadaan husnul khatimah.

 

UAH: “Tak Semua Orang Diberi Kesempatan Wafat Dalam Ibadah”

UAH menegaskan bahwa wafat dalam keadaan ibadah adalah anugerah luar biasa yang tidak dimiliki semua orang. Ia tidak bisa diatur manusia, tapi bisa dipersiapkan lewat keikhlasan dan kebersihan hati. “Wafat saat umrah adalah bentuk cinta Allah yang tidak disadari. Allah menjemputnya dalam panggilan suci,” ujar beliau.

Beliau mengingatkan agar para jamaah tidak lalai selama umrah. Bukan hanya mempersiapkan fisik dan perlengkapan, tapi juga hati. Karena bisa jadi, umrah ini adalah umrah terakhir sebelum pertemuan sejati dengan Allah. Jangan sia-siakan setiap salat, setiap thawaf, setiap zikir—karena semuanya bisa jadi bekal pulang yang sangat mahal.

 

Tanda-Tanda Husnul Khatimah Menurut Ajaran Nabi

Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa di antara tanda husnul khatimah adalah wafat dalam keadaan:

  • Sujud dalam salat

  • Dalam perjalanan ibadah seperti haji atau umrah

  • Dalam keadaan menyebut nama Allah (zikir)

  • Wafat dengan keringat di dahi (HR. Tirmidzi)

  • Meninggal di hari atau malam Jumat

Kisah jamaah yang wafat saat sujud ini memenuhi banyak dari kriteria tersebut. UAH menambahkan bahwa kemuliaan akhir hidup tergantung pada kebersihan niat dan amalan sepanjang hidup. Maka, jangan tunggu tua untuk ikhlas. Jangan tunggu tua untuk taubat.

 

Pesan agar Setiap Umrah Diniatkan untuk Persiapan Akhir Hayat

Setiap kali berangkat umrah, UAH selalu mengingatkan:
“Jangan niatkan hanya untuk ziarah atau jalan-jalan. Niatkan sebagai persiapan pulang.”
Sebab umrah adalah momen perenungan, pembersihan diri, dan latihan totalitas penghambaan. Umrah mengajarkan kita melepaskan dunia—dengan mengenakan ihram, meninggalkan rutinitas, dan fokus pada Allah.

Dengan menanamkan kesadaran ini, setiap detik selama umrah akan terasa bermakna. Kita menjadi lebih sabar, lebih tunduk, lebih lembut kepada sesama. Semua ini adalah cerminan dari hati yang bersiap kembali kepada Allah dalam sebaik-baik kondisi.

 

Doa Bersama agar Allah Wafatkan Kita dalam Keadaan Husnul Khatimah

Setelah menyaksikan wafatnya sang jamaah, seluruh rombongan dipimpin UAH untuk membaca doa bersama:

“اللهم اجعل خير أيامنا يوم نلقاك، واجعل خير أعمالنا خواتيمها، وتوفنا وأنت راضٍ عنا.”
(Ya Allah, jadikan hari terbaik kami adalah saat kami berjumpa dengan-Mu, jadikan amal terbaik kami adalah yang terakhir, dan wafatkan kami dalam keadaan Engkau ridha.)

UAH mengingatkan bahwa kita tidak tahu kapan ajal datang. Maka, jadikan umrah bukan hanya sebagai perjalanan ritual, tapi perjalanan mendekatkan diri kepada kematian dengan cara yang paling indah dan penuh iman.